Biografi Nuruddin
Ar-Raniri
Beliau adalah Ulama
Besar Aceh yang tak asing lagi kebesaran namanya ditengah-tengah orang Aceh,
yaitu Syaikh Nuruddin Ar-Raniri. Nama lengkap beliau adalah Nuruddin Muhammad
bin Ali bin Hasanji Al-Hamid (atau Al-Syafi'i Al-Asyary Al-Aydarusi Al-Raniri).
Ia dilahirkan di Ranir (Randir), sebuah kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat,
sekitar pertengahan kedua abad XVI M. Ibunya seorang keturunan Melayu,
sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadhramaut (Al-Attas: 1199 M).
Al-Raniri sendiri
memulai perjalanan intelektualnya dengan belajar ilmu agama di tanah
kelahirannya (Ranir), sebelum berkelana ke Tarim, Hadramaut, Arab Selatan, yang
ketika itu menjadi pusat studi agama Islam.
Pada tahun 1621 M,
ia mengunjungi Makkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke
makam Nabi. Di tanah haram inilah Al-Raniri menjalin hubungan dengan para
jamaah haji dan orang-orang yang sudah menetap dan belajar di Arab, yang
kebetulan berasal dari wilayah Nusantara. Dalam kapasitas seperti ini,
Al-Raniri sudah dapat dikategorikan telah menjalin hubungan dengan orang-orang
Melayu, khususnya dalam hal komunikasi intelektual Islam. Jalinan hubungan
inilah yang menjadi awal mula bagi perjalanan intelektual Islam Al-Raniri di
kemudian hari.
Dalam
perkembangannya, Nuruddin Ar-Raniri juga merupakan seorang syeikh tarekat
Rifa'iyyah, yang didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 1183 M). Ia belajar ilmu
tarekat ini melalui ulama keturunan Arab Hadramaut, Syeikh Said Abu Hafs Umar
b. 'Abd Allah Ba Syaiban dari Tarim, atau yang dikenal di Gujarat dengan
sebutan Sayid Umar Al Aydarus. Sementara Ba Syaiban sendiri belajar tarekat
dari ulama-ulama Haramain selama empat tahun, seperti Sayyid Umar b.'Abd Allah
Al-Rahim Al-Bashri (w. 1638), Ahmad Ibrahim b. Alan (w. 1624 M), dan 'Rahman
Al-Khatib Al-Syaib 1605 M). Dari Ba Syaiban pulalah Al-Raniri dibaiat sebagai
khalifah (penggantinya) untuk menyebarluaskan tarekat Rifaiyyah di tanah Melayu
(Aboebakar Atjeh: 1979). Kendati demikian, Al-Raniri juga memiliki silsilah
inisiasi dengan tarekat Aydarusiyyah dan Qodiriyyah Maqassari: tt)
Nuruddin adalah seorang
yang berilmu tinggi, yaitu orang yang pengetahuannya tak terbatas dalam satu
cabangpengetahuan saja. Pengetahuannya sangat luas, meliputi bidang sejarah,
politik, sastra, filsafat, fikih, tasawwuf, perbedaan agama, dan sufism. ia
menulis kurang-lebih 29 kitab, yang paling terkenal adalah "Bustanul
Salatin". Namanya kini diabadikan sebagai nama perguruan tinggi agama
(IAIN) di Banda Aceh.
Secara
keseluruhan, Nuruddin Ar-Raniri menulis sekitar dua puluh sembilan naskah, di
antaranya adalah: Karya-karya Besar Syeikh Nurruddin Ar-Raniri:
1. Kitab Al-Shirath
al-Mustaqim (1634)
2. Kitab Durrat
al-faraid bi Syarh al-‘Aqaid an Nasafiyah (1635)
3. Kitab Hidayat
al-habib fi al Targhib wa’l-Tarhib (1635)
4. Kitab Bustanus
al-Shalathin fi dzikr al-Awwalin Wa’l-Akhirin (1638)
5. Kitab Nubdzah fi
da’wa al-zhill ma’a shahibihi 6. Kitab Latha’if al-Asrar
7. Kitab Asral an-Insan
fi Ma’rifat al-Ruh wa al-Rahman
8. Kitab Tibyan fi
ma’rifat al-Adyan
9. Kitab Akhbar
al-Akhirah fi Ahwal al-Qiyamah
10. Kitab Hill
al-Zhill
11. Kitab Ma’u’l Hayat
li Ahl al-Mamat
12. Kitab Jawahir
al-‘ulum fi Kasyfi’l-Ma’lum
13. Kitab Aina’l-‘Alam
qabl an Yukhlaq
14. Kitab
Syifa’u’l-Qulub
15. Kitab Hujjat
al-Shiddiq li daf’I al-Zindiq
16. Kitab
Al-Fat-hu’l-Mubin ‘a’l-Mulhiddin
17. Kitab Al-Lama’an fi
Takfir Man Qala bi Khalg al-Qur-an
18. Kitab Shawarim al-
Shiddiq li Qath’I al-Zindiq
19. Kitab Rahiq
al-Muhammadiyyah fi Thariq al-Shufiyyah.
20. Kitab Ba’du Khalg
al-samawat wa’l-Ardh
21. Kitab Kaifiyat
al-Shalat
22. Kitab Hidayat
al-Iman bi Fadhli’l-Manaan
23. Kitab ‘Aqa’id
al-Shufiyyat al-Muwahhiddin
24. Kitab ‘Alaqat Allah
bi’l-‘Alam
25. Kitab
Al-Fat-hu’l-Wadud fi Bayan Wahdat al-Wujud
26. Kitab ‘Ain al-Jawad
fi Bayan Wahdat al-Wujud
27. Kitab Awdhah
al-Sabil wa’l-Dalil laisal li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil
28. Kitab Awdhah
al-Sabil laisan li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil.
29. Kitab Syadar
al-Mazid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar