Rabu, 23 April 2014

Contoh Pidato Singkat

Assalamualaikum Wr. Wb.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja-puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan hidayahnya, kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam rangka melaksanakan Ujian Akhir Semester Gasal dalam keadaan sehat walafiat.
Tak lupa pula sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita nabi Agung Nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaatnya pada hari kiamat kelak. Amin.
Yang saya hormati Ibu Sri Suciati selaku dosen pengampu mata kuliah berbicara individual, serta teman-teman kelas 1C yang saya cintai. Disini saya akan menyampaikan pidato singkat yang berjudul “kegigihan”.
Saudara sekalian, kita semua pasti mempunyai orang tua. Orang tualah yang bersusah payah mencari nafkah untuk menyekolahkan kita setingi mungkin, agar kita mempunyai kehidupan yang layak. Kegigihan tersebut  patut kita contoh dalam mengatasi berbagai masalah, utamanya dalam masalah belajar.
Saudara, gigih adalah perilaku yang menunjukkan kesungguhan, kerja keras, konsisten, pantang menyerah, fokus, semangat, dan antusias dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Saudara sekalian, kita bisa meniru kehidupan burung elang, elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Akan tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan yaitu: menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan.
Begitu pula dengan kita, ketika kita mempunyai masalah, kita harus menghadapinya dengan kegigihan meskipun masalah itu sangat menyakitkan. Semua kerja keras pasti akan memberikan hasil yang manis. Sebelum mengakhiri pidato ini saya akan menyampaikan sebuah pantun :
DELAPAN LAMBANG
KESEMPURNAAN
KEGIGIHAN ADALAH
KUNCI KESUKSESAN

Demikian pidato yang dapat saya sampaikan apabila ada kata yang kurang berkenan saya mohon maaf. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua . terima kasih.

 Wassalamualaikum Wr.Wb.

Biografi Nuruddin Ar-Raniri

Biografi Nuruddin Ar-Raniri
Description: Biografi Nuruddin Ar-Raniri | Ulama Besar Aceh
Beliau adalah Ulama Besar Aceh yang tak asing lagi kebesaran namanya ditengah-tengah orang Aceh, yaitu Syaikh Nuruddin Ar-Raniri. Nama lengkap beliau adalah Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji Al-Hamid (atau Al-Syafi'i Al-Asyary Al-Aydarusi Al-Raniri). Ia dilahirkan di Ranir (Randir), sebuah kota pelabuhan tua di Pantai Gujarat, sekitar pertengahan kedua abad XVI M. Ibunya seorang keturunan Melayu, sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadhramaut (Al-Attas: 1199 M).
Al-Raniri sendiri memulai perjalanan intelektualnya dengan belajar ilmu agama di tanah kelahirannya (Ranir), sebelum berkelana ke Tarim, Hadramaut, Arab Selatan, yang ketika itu menjadi pusat studi agama Islam.
Pada tahun 1621 M, ia mengunjungi Makkah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Nabi. Di tanah haram inilah Al-Raniri menjalin hubungan dengan para jamaah haji dan orang-orang yang sudah menetap dan belajar di Arab, yang kebetulan berasal dari wilayah Nusantara. Dalam kapasitas seperti ini, Al-Raniri sudah dapat dikategorikan telah menjalin hubungan dengan orang-orang Melayu, khususnya dalam hal komunikasi intelektual Islam. Jalinan hubungan inilah yang menjadi awal mula bagi perjalanan intelektual Islam Al-Raniri di kemudian hari.
Dalam perkembangannya, Nuruddin Ar-Raniri juga merupakan seorang syeikh tarekat Rifa'iyyah, yang didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 1183 M). Ia belajar ilmu tarekat ini melalui ulama keturunan Arab Hadramaut, Syeikh Said Abu Hafs Umar b. 'Abd Allah Ba Syaiban dari Tarim, atau yang dikenal di Gujarat dengan sebutan Sayid Umar Al Aydarus. Sementara Ba Syaiban sendiri belajar tarekat dari ulama-ulama Haramain selama empat tahun, seperti Sayyid Umar b.'Abd Allah Al-Rahim Al-Bashri (w. 1638), Ahmad Ibrahim b. Alan (w. 1624 M), dan 'Rahman Al-Khatib Al-Syaib 1605 M). Dari Ba Syaiban pulalah Al-Raniri dibaiat sebagai khalifah (penggantinya) untuk menyebarluaskan tarekat Rifaiyyah di tanah Melayu (Aboebakar Atjeh: 1979). Kendati demikian, Al-Raniri juga memiliki silsilah inisiasi dengan tarekat Aydarusiyyah dan Qodiriyyah Maqassari: tt)
Nuruddin adalah seorang yang berilmu tinggi, yaitu orang yang pengetahuannya tak terbatas dalam satu cabangpengetahuan saja. Pengetahuannya sangat luas, meliputi bidang sejarah, politik, sastra, filsafat, fikih, tasawwuf, perbedaan agama, dan sufism. ia menulis kurang-lebih 29 kitab, yang paling terkenal adalah "Bustanul Salatin". Namanya kini diabadikan sebagai nama perguruan tinggi agama (IAIN) di Banda Aceh.

Secara keseluruhan, Nuruddin Ar-Raniri menulis sekitar dua puluh sembilan naskah, di antaranya adalah: Karya-karya Besar Syeikh Nurruddin Ar-Raniri: 

1. Kitab Al-Shirath al-Mustaqim (1634) 
2. Kitab Durrat al-faraid bi Syarh al-‘Aqaid an Nasafiyah (1635) 
3. Kitab Hidayat al-habib fi al Targhib wa’l-Tarhib (1635) 
4. Kitab Bustanus al-Shalathin fi dzikr al-Awwalin Wa’l-Akhirin (1638) 
5. Kitab Nubdzah fi da’wa al-zhill ma’a shahibihi 6. Kitab Latha’if al-Asrar 
7. Kitab Asral an-Insan fi Ma’rifat al-Ruh wa al-Rahman 
8. Kitab Tibyan fi ma’rifat al-Adyan 
9. Kitab Akhbar al-Akhirah fi Ahwal al-Qiyamah 
10. Kitab Hill al-Zhill 
11. Kitab Ma’u’l Hayat li Ahl al-Mamat 
12. Kitab Jawahir al-‘ulum fi Kasyfi’l-Ma’lum 
13. Kitab Aina’l-‘Alam qabl an Yukhlaq 
14. Kitab Syifa’u’l-Qulub 
15. Kitab Hujjat al-Shiddiq li daf’I al-Zindiq 
16. Kitab Al-Fat-hu’l-Mubin ‘a’l-Mulhiddin 
17. Kitab Al-Lama’an fi Takfir Man Qala bi Khalg al-Qur-an 
18. Kitab Shawarim al- Shiddiq li Qath’I al-Zindiq 
19. Kitab Rahiq al-Muhammadiyyah fi Thariq al-Shufiyyah. 
20. Kitab Ba’du Khalg al-samawat wa’l-Ardh 
21. Kitab Kaifiyat al-Shalat 
22. Kitab Hidayat al-Iman bi Fadhli’l-Manaan 
23. Kitab ‘Aqa’id al-Shufiyyat al-Muwahhiddin 
24. Kitab ‘Alaqat Allah bi’l-‘Alam 
25. Kitab Al-Fat-hu’l-Wadud fi Bayan Wahdat al-Wujud 
26. Kitab ‘Ain al-Jawad fi Bayan Wahdat al-Wujud 
27. Kitab Awdhah al-Sabil wa’l-Dalil laisal li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil 
28. Kitab Awdhah al-Sabil laisan li Abathil al-Mulhiddin Ta’wil. 

29. Kitab Syadar al-Mazid 

Biografi Syamsudin Pasai

Biografi Syamsudin Pasai

Description: F:\sumatrani.jpg
Syamsuddin Sumatrani adalah salah satu tokoh sufi terkemuka yang telah turut mengguratkan corak esoteris pada wajah Islam di Aceh. Sayangnya perjalanan hidup sang sufi ini sulit sekali untuk dirangkai secara utuh. Hal ini selain karena tidak ditemukannya catatan otobiografisnya, juga karena langkanya sumber-sumber akurat yang dapat dirujuk. Beliau adalah murid dari Syeikh Hamzah Fansuri.
Mengenai asal-usulnya, tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana ia lahir. Perihal sebutan Sumatrani yang selalu diiringkan di belakang namanya, itu merupakan penisbahan dirinya kepada “negeri Sumatra” alias Samudra Pasai. Sebab memang di kepulauan Sumatra ini tempo doeloe pernah berdiri sebuah kerajaan yang cukup ternama, yakni Samudra Pasai. Itulah sebabnya ia juga adakalanya disebut Syamsuddin Pasai.
Dari hasil penelitian Prof. Dr. Azis Dahlan diketahui adanya sejumlah karya tulis yang dinyatakan sebagai bagian, atau berasal dari karangan-karangan Syamsuddin Sumatrani, atau disebutkan bahwa Syamsuddin Sumatrani yang mengatakan pengajaran itu. Karya-karya tulis itu sebagian berbahasa Arab, sebagian lagi berbahasa Melayu (Jawi). Diantara karya tulisnya yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut:
a.       Jawhar al-Haqa'iq (30 halaman; berbahasa Arab)
b.      Risalah Tubayyin Mulahazhat al-Muwahhidin wa al-Mulhidin fi Dzikr Allah (8 balaman; berbahasa Arab)
c.       Mir’at al-Mu'minin (70 halaman; berbahasa Melayu)
d.      Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri (24 halaman; berbahasa Melayu)
e.       Syarah Sya'ir Ikan Tongkol (20 balaman; berbahasa Melayu)
f.       Nur al-Daqa'iq (9 halaman berbahasa Arab; 19 halaman berbahasa Me1ayu)
g.      Thariq al-Salikin (18 halaman; berbahasa Melayu)
h.      Mir’at al-Iman atau Kitab Bahr al-Nur (12 halaman; berbahasa Melayu)
i.        Kitab al-Harakah (4 halaman; ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Melayu).

Syamsuddin Sumatrani wafat pada tahun 1039 H/1630 M, dan selama beberapa dasawarsa terakhir dari masa hidupnya ia merupakan tokoh agama terkemuka yang dihormati dan disegani. Ia berada dalam lindungan dan bahkan berhubungan erat dengan penguasa Kerajaan Aceh Darussalam.

Biografi Hamzah Fansuri

Biografi Hamzah Fansuri
Description: F:\1.jpg
            Syeikh Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Nama gelar atau takhallus yang tercantum di belakang nama kecilnya memperlihatkan bahwa pendekar puisi dan ilmu suluk ini berasal dari Fansur, sebutan orang-orang Arab terhadap Barus, sekarang sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak antara kota Sibolga dan Singkel. Sampai abad ke-16 kota ini merupakan pelabuhan dagang penting yang dikunjungi para saudagar dan musafir dari negeri-negeri jauh.
Sayang sekali bukti-bukti tertulis yang dinyatakan kapan sebenarnya Syeikh Hamzah Fansuri lahir dan wafat, di mana dilahirkan dan di mana pula jasadnya dibaringkan dan di tanam, tak dijumpai sampai sekarang. Tetapi dari syair dan dari namanya sendiri menunjukkan bahwa sudah sekian lama beliau berdominasi di Fansur, dekat Singkel, sehingga mereka dan turunan mereka pantas digelari Fansur.
Dalam buku Hamzah Fansuri Penyair Aceh, Prof. A. Hasymi menyebut bahwa Syeikh Hamzah Fansuri hidup dalam masa pemerintahan Sultan Alaidin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 H-1589-1604 M) sampai ke permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Mahkota Alam (1016-1045 H-1607-1636 M). Karya-karya Hamzah Fansuri yang berbentuk syair antara lain:
a. Syair burung pingai
b. Syair dagang
c. Syair pungguk
d. Syair sidang faqir
e. Syair ikan tongkol
f. Syair perahu

Karangan-karangan Syeikh Hamzah Fansuri yang berbentuk kitab ilmiah antara lain :
a. Asfarul ‘arifin fi bayaani ‘ilmis suluki wa tauhid
b. Syarbul ‘asyiqiin
c. Al-Muhtadi
d. Ruba’i Hamzah al-Fansuri
Karangan-karangan yang berbentuk Prosa antara lain:
a.    Asrar al-Arifin
b.   Sharab al-Asyikin

Syekh Hamzah Fansuri telah begitu banyak memberikan sumbangan terhadap peradaban Islam Nusantara. Karya-karyanya, baik puisi maupun yang lainnya telah banyak memberikan inspirasi bagi generasi-generasi sesudahnya. Melalui puisi-puisinya itu pula Syekh Hamzah Fansuri menyebarkan dakwah islamiyah.