Kamis, 12 November 2015

Tidak Ada Kelinci di Bulan



Tidak Ada Kelinci di Bulan!

Setelah membaca kumpulan cerpen “Tidak Ada Kelinci di Bulan!” dengan judul cerpen “Ketika Hangat Lupa pada Teh” karya Stefanny Irawan saya agak terkejut dikarenakan pengarang dengan gamblang menguak kehidupan sosial yang ada di gang kecil yang sangat amat ramai dengan kesibukan masing-masing. Menurut saya, Stefanny berani menjelaskan dengan gamblang hal tersebut dikarenakan Stefanny yang sudah terbiasa hidup di kawasan seperti itu dan terinspirasi dari Djenar Maesa Ayu. Oleh sebab itu, ia mencoba mempengaruhi orang lain melalui tulisannya yang sangat gamblang. Hal ini bisa kita rasakan pada cuplikan penggalan berikut.
Gang yang tak terlalu lebar ini terlalu penuh. Pedagang kaki lima berderet, berjualan nyaris apa saja: celana jins, rok, blus, radio, arloji, lampu sepeda, tas, hingga engsel pintu yang agak karatan dan berbunyi. Suara-suara selalu memenuhi gang ini. Bunyi tahu goreng di warung pojok, orang tawar-menawar, orang tertawa-tawa, anak-anak kecil yang tetap kukuh bermain di tengah keramaian, musik dangdut hingga kadang-kadang teriakan ‘skak mat!’ dari orang yang membunuh waktu dengan catur. ( Stefanny Irawan, hal 33-34).

Dalam ceritanya, kehidupan di sekitar pengarang sangatlah buruk. Banyak pengangguran dan kriminalitas. Seks bebas pun banyak terjadi secara terselubung tanpa diketahui oleh khalayak umum. Depot mie ayam yang sedianya hanya menjual mie ayam pun, disulapnya menjadi tempat menjual “ayam kampung” secara diam-diam. Hal itu bisa dilihat dalam penggalan berikut.
Aku menggerakkan pegangan pintu ke bawah. Suara ayah ada di ruangan situ, di balik pintu, menyanyi dengan agak putus-putus. Pintu terbuka dan aku diam menatap isinya. Ayahku sedang telanjang. Duduk di atas wanita yang berbaring dan juga telanjang. Mereka bergerak-gerak, berirama, menghentak, membuat per ranjang berderit-derit. Ayahku terus mencoba bernyanyi, meski yang terdengar sudah tak jelas dan payah sekali. Wanita itu juga bersuara, tapi tidak bernyanyi. Ia terdengar seperti orang yang habis berlari cepat jauh sekali. Tepat ketika mereka menjerit bersama-sama, aku menutup pintunya. Aku punya firasat bahwa tidak sopan mengganggu ayahku sekarang. Jauh lebih tidak sopan dibanding membuatnya tersedak atau membury-burunya berak. (Stefanny Irawan, hal 38).

Menurut kaca mata awam saya, latar yang diusung pengarang yaitu Stefanny Irawan merupakan sebuah lokalisasi yang padat penduduk. Tempat ini sudah menjadi pemukiman dan sebagian besar warganya berkutat dalam kegiatan bejat ini. Sudah rahasia umum jika depot tempat menjual mie ayam ini menyediakan ”kupu-kupu malam” dan sekaligus kamar untuk melakukan kegiatan “gotong royong” berdosa ini.
Meskipun pengarang sudah mengetahui perihal yang janggal dalam lingkungan ini, akan tetapi penggarang tidak menyebarluaskan atau membocorkan perihal ini kepada siapapun tak terkecuali orang tuanya. Tokoh Aku yang ketika itu masih kecil dan tak tau apa-apa, hanya bisa diam seribu bahasa dan menyimpannya melalui waktu. Hal tersebut bisa kita amati pada cuplikan berikut ini.
Aku tidak pernah berkata apa-apa pada ayahku, tidak juga pada ibuku. Sejak saat itu, aku selalu langsung ke dapur dan meningkahi suara gaduhnya dengan pintaku tiap kali teh manisku tidak hangat ketika kami makan di depot itu. Aku tetap tidak pernah bercakap-cakap dengan ayahku ketika makan, tidak pernah menyusulnya ke kamar mandi, dan tidak pernah membuka pintu itu lagi. Aku menyimpan peristiwa itu melalui waktu. (Stefanny Irawan, hal 38-39).

Dari sebagian cerita diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa setiap tempat negatif tak selamanya disinggahi atau dihuni oleh orang yang negatif pula. Ada kalanya orang yang baik terjerumus ketempat yang tak diinginkannya,yaitu ke tempat buruk. Begitupun sebaliknya orang jahat bisa saja berada di kawasan orang baik. Oleh sebab itu janganlah hanya memandang orang dari luarnya saja, melainkan pahamilah hatinya juga supaya kita tidak salah memilih teman dan sahabat.
Dengan adanya kumpulan cerpen ini, semoga para pembaca sadar akan kegiatan negatif yang ada di sekitarnya dan janganlah sekali-kali mendekati apalagi sampai masuk ke dalam dunia maksiat tersebut. Jika mengetahui hal seperti itu segeralah laporkan kepada pihak yang berwajib supaya ditangani dengan segera dan lingkungan sekitar menjadi aman, nyaman, dan tentram. Semoga generasi kita selanjutnya menjadi generasi yang bersih dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Luqman Andri Yansya, 13410094, Medoho.

Rabu, 21 Oktober 2015

KKL di Pulau Bali

Saat-saat KKL di Pulau Bali

Rombongan PBSI Universitas PGRI Semarang tengah melakukan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke pulau Bali pada tanggal 2-6 April 2015. KKL merupakan kegiatan wajib yang mempunyai bobot 2 SKS.
Kegiatan ini dimulai pada hari Kamis, 2 April 2015 pukul 06.30 WIB dengan agenda persiapan dan upacara pembukaan di kampus UPGRIS, lalu pada pukul 07.00 kami berangkat menuju ke Bali. Dalam perjalanan menuju Pualu Bali kami belum didampingi oleh dosen pembimbing lapangan Ibu Ika karena beliau sedang ada tugas dari lembaga. Di dalam bus kami karaokenan dan selfie bersama meluapkan segala emosi yang ada, akan tetapi masih dalam batas wajarnya. Tanpa kami sadari ternyata ada salah satu teman yang mabuk ketika kami karaokenan, akhirnya Pak Wahyu (TL bus 5) memberikan obat kepada yang mabuk. Karaokenanpun dilanjutkan kembali.
Tak terasa tibalah kami di rumah makan lokal di daerah Tuban untuk makan siang. Setelah semua makan siang perjalananpun dilanjutkan, keadaan di dalam buspun mendadak sunyi karena teman-teman terlelap dalam alunan musik dangdut. Selama perjalanan kami diputarkan film Laskar Dagelan yang berjudul “From Jogja With Love” yang menceritakan sindiran masyarakat Jogja terhadap pemerintah pusat. Belum sempat makanan diproses dalam perut, kami sudah dapat jatah makan yang kedua di Probolinggo sekitar pukul 18.00 WIB. Di tempat inilah DPL bus 5, Ibu Ika baru masuk dan mulai mendampingi kami.
Malampun semakin larut, dan kami mulai terlelap tidur. Sekitar pukul 00.00 WIB kamipun sampai di pelabuhan Ketapang dan menyeberang menuju pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 01.00 WIB. Sesampainya di Gilimanuk kami langsung melanjutkan perjalanan menuju RM Sokka Indah untuk mandi, salat, dan sarapan pagi. Ketika mau mandi kita harus antri lama terlebih dahulu, ternyata yang mau mandi tidak hanya dari rombongan kami. Perjalananpun dilanjutkan menuju Pura Luhur Tanah Lot. Ketika kami di tanah lot disana sedang ada upacara adat. Setelah puas di tanah lot kami melanjutkan shoping ke Teman Joger di Luwus. Naas bagi kaum laki-laki, karena hanya diberi waktu sekitar setengah jam untuk mengacak-acak Joger, hal itu dikarenakan sudah masuk waktunya salat jumat, kaum laki-lakipun melaksanakan salat jumat di daerah Bedugul yang jaraknya lebih kurang 30 menit dari Teman Joger. Setelah melaksanakan salat Jumat kamipun langsung menyusul kaum wanita yang sudah terlebih dahulu menuju objek selanjutnya yaitu Cah Ayu untuk makan siang dan membeli oleh-oleh khas Bali. Setelah puas di cah ayu kami selanjutnya menuju Museum oerjuangan rakyat Bali yaitu Museum Braja Sandi untuk berfotoria dan melihat-lihat isi museum. Hari pertama di Balipun ditutup dengan mengunjungi pasar seni Sukawati, objek ini adalah objek terakhir pada hari Jumat sebelum kami check in di hotel Made Bali.
Keesokan harinya kami memulai kegiatan dengan sarapan pagi di hotel kemudian lansung meluncur menuju Bali TV untuk kunjungan KKL. Di Bali TV kami diberi gambaran tentang fungsi media, kamipun diperbolehkan memfoto alat-alat percetakan koran Bali Pos. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju “Dewata” pusat wisata belanja khas Bali, disana selain berbelanja kamipun secara eksklusif diberi motivasi oelh owner dari Dewata tentang kewirausahaan dan dilanjutkan makan siang. Tujuan kami selanjutnya adalah pantai Pandawa (tempat sooting filmnya Julia Roberts) lalu dilanjutkan menuju pantai Kuta untuk menikmati sunset. Dan pada malam harinya kami semua menikmati makan malam di pantai Jimbaran sambil mendengarkan desiran ombak malam dan dihibur dengan keramaian musik dangdut dan beberpa pentas seni lain. Setelah puas berjogetria kamipun kembali menuju hotel untuk istirahat dan mengemasi barang bawaan karena keesokan harinya kami sudah check out dari hotel Made Bali.
Tak terasa pagipun sudah menyapa kami semua, itu artinya kami harus beranjak menuju objek wisata terakhir yaitu menonton pertunjukan tari barong, akan tetapi sebelum itu kami sarapan di hotelterlebih dahulu. Pertunjukan tari barongpun berakhir, itu artinya berakhir pula serangkaian acara di Pulau Bali. Akan tetapi kami semua terkejut setelah biro memberikan bonus satu tempat wisata belanja, kamipun shoping again. Yeah!!!
Sebelum menyeberang ke Pulau Jawa kami menyempatkan makan siang di rumah makan lokal. Sekitar pukul 14.00 WITA kami menyeberang ke pelabuhan Ketapang, kamipun tiba di Pulau Jawa kembali. Sekitar pukul 04.00 WIB kami sudah sampai di kampus kita tercinta kampus Universitas PGRI Semarang. Ini merupakan perjalanan yang tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mensukseskan  KKL PBInd 2015 ini, Bu Ika, Pak Wahyu, Pak Sopir, Pak Kernet, dan semua teman-teman PBInd khususnya kelas 4C kalian luar biasa. Wusssssssss gitu lho.... seperti itu.

Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah



Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah

Wayang Kampung Sebelah merupakan grup wayang modern yang mengkombinasikan budaya wayang dengan tokoh yang modern. Wayang yang kita saksikan bukanlah tokoh wayang seperti Gatot kaca, Werkudara, Anoman dan lain sebagainya, akan tetapi tokoh yang ada dalam Wayang Kampung Sebelah ini mengambil tokoh yang ada disekitar kita seperti Pak Lurah, Hansip, Artis terkenal dll. Cerita yang diangkatpun mengenai masalah-masalah yang sedang hangat seperti politik, sosial, pendidikan dan masih banyak lagi cerita yang diangkat dalam pagelaran wayang ini. Pagelaran wayang ini, tidak sepenuhnya menceritakan hal-hal yang berat saja, akan tetapi diselingi dengan banyolan-banyolan khas dari Wayang Kampung Sebelah. Tak ada kesan “kuno” dalam pementasan wayang ini, karena pengiring wayang inipun menggunakan alat-alat modern sperti gitar, drum, saxophone, dan bass.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran apresiasi prosa,  pementasan Wayang Kampung Sebelah ini bisa dikategorikan ke dalam prosa modern yang berisi kritik sosial terhadap pemerintah dan tata negara Indonesia. Sedangkan jika dikaitkan dengan pembelajaran yang ada di SMA, pagelaran Wayang Kampung Sebelah ini cocok untuk pembelajaran teks anekdot karena penyampaian cerita dikemas dengan humor yang dipadukan dengan kritik sosial yang sedang terjadi di negeri ini.

LUQMAN ANDRI YANSYA, 13410094

Selasa, 20 Oktober 2015

Magang 1


Catatan Magang 1

Mungkin banyak diantara kalian yang belum mengetahui apa itu Magang? Jika kalian mahasiswa angkatan 2013 yang mengambil program pendidikan pastilah mengetahui apa itu Magang. Sebenarnya Magang merupakan kegiatan terjun langsung ke lapangan (sekolah mitra) yang ditunjuk oleh pihak kampus untuk melakukan kegiatan Magang yang dahulu namanya PPL. Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya, hanya saja PPL terbagi dalam dua bagian yaitu PPL 1 dan PPL 2, sedangkan Magang terbagi dalam 3 bagian yaitu Magang 1, Magang 2 dan Magang 3.
Magang dan PPL sebenarnya sama, akan tetapi ada perbedaan sedikit diantara keduanya yaitu: pertama, PPL 1 dilaksanakan pada semester 5 dan Magang 1 dilaksanakan pada semester 3. Kedua, PPL 2 dilaksanakan pada semester 7 sedangkan Magang 2 dilaksanakan pada semester 5. Terakhir, kegiatan Magang ada Magang 3 sedangkan PPL tidak ada PPL 3.
Isi kegiatan PPL dan Magang tidak beda jauh, Magang 2 sebenarnya penyempurnaan dari PPL 1 dan Magang 3 mirip dengan PPL 2. Yang membedakan hanya pada Magang 1 yang intinya mendekatkan peserta Magang 1 kepada sekolah sedini mungkin.
Kegiatan Magang 1 ini bertujuan untuk mendekatkan peserta Magang dengan sekolah mitra sedini mungkin agar mengetahui apa saja yang ada di sekolah dan diharapkan kelak kalau Magang 2 dan lebih-lebih magang 3 sudah tidak demam panggung lagi. Pada kegiatan Magang 1 ini, peserta Magang diberikan lembar pertanyaan yang harus dijawab melalui kegiatan observasi di sekolah. Setiap jurusan memiliki pertanyaan yang berbeda-beda sesuai dengan bidang masing-masing. Namun, ada pertanyaan yang sama. Pertanyaan itu meliputi kuikulum yang digunakan sekolah tersebut, ada berapa kelas dalam sekolah tersebut, apa yang membedakan sekolah tersebut dengan sekolah lain dll. Tidak hanya itu, kamipun diberi pertannyaan mengenai luas bangunan sekolah tersebut dan bangunan apa yang mengelilinginya. Setiap sekolah mitra diisi sekitar 20 mahasiswa peserta Magang yang terdiri dari berbagai jurusan, setiap jurusan ada yang tiga orang ada yang empat orang. Kegiatan Magang ini dilaksanakan setiap dua minggu sekali selama satu setangah bulan, jadi seminggu datang kesekolah mitra dengan didampingi Guru Pembimbing Magang dan seminggu presentasi di kampus dengan Dosen Pembimbing Magang (DPM) begitu terus sampai semua data terlengkapi. Dalam Magang 1 ini Peserta belum diperbolehkan masuk kelas untuk mengajar, akan tetapi kalau mengamati guru mengajar diperbolehkan. Namun ada beberapa sekolahan yang memanfaatkan peserta Magang untuk mengawasi ulangan harian salah satu mata pelajaran. Kami mulai kegiatan Magang pukul 07.30 WIB sampai kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut selasai, kami berangkat bersama-sama dari kampus menuju sekolah.
Kegiatan Magang 1 mempunyai banyak manfaat, antara lain mengenalkan sekolah dengan dini, memberikan pengalaman dan wawasan mengenai sekolah, mengetahui seluk beluk sekolah secara langsung, dll. Akan tetapi dalam pelaksanaan kegiatan Magang 1 ini masih banyak kekurangan, yaitu tidak adanya dosen yang mengantar ke sekolah mitra pada saat masuk pertama kali, jadi peserta Magang dilepaskan sendiri menuju skolah mitra tanpa ada dosen yang mendampingi. Yang kedua, kurangnya koordinasi antara pihak kampus dengan pihak sekolah mitra sehingga ada salah satu sekolah mitra yang tidak berkenan menerima peserta Magang masuk kesekolah tersebut. Ketiga, kurangnya pengawasan dari pihak kampus terhadap peserta Magang karena tidak ada dosen atau pihak kampus yang berada di lokasi, sehingga jika ada peserta yang tidak hadirpun tidak diketahui secara langsung. Dan yamg terakhir, pertannyaan yang diajukan kurang berkompeten, sehingga dalam satu hari berada disekolah semua pertannyaan dapat terjawab semua, bahkan tak sedikit sekolah yang memberikan data lengkap untuk menjawab pertannyaan tanpa peserta Magang melakukan observasi terlebih dahulu. Mungkin hal ini dikarenakan baru kali pertama kegiatan Magang ini dilaksanakan, sehingga masih banyak kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Semoga kedepannya kegiatan Magang ini semakin baik dan bermanfaat banyak bagi peserta Magang dan sekolah mitra serta pihak kampus yang menyelenggarakan.
Dari pembahasan di atas, cukup jelas bahwa kegiatan Magang  yang hampir sama dengan kegiatan PPL. Kegiatan Magang merupakan penyempurnaan dan penjabaran dari kegiatan PPL.
Perbedaan kegiatan Magang dengan kegiatan PPL yang mendasar adalah adanya kegiatan awal untuk mengobservasi seluk beluk sekolah secara detail pada Magang 1 sementara pada kegiatan PPL belum ada. Kegiatan Magang 1 bertujuan untuk mengenalkan sekolah secara dini dan mengasah mental  peserta Magang supaya tidak demam panggung ketika melaksanakan kegiatan Magang 2 dan Magang 3.
Banyak manfaat yang didapat dalam kegiatan Magang ini, akan tetapi banyak pula kekurangannya. Semoga ke depannya kegiatan Magang ini semakin baik dan tambah bermanfaat bagi peserta Magang, sekolah mitra, dan pihak kampus yang menyelengarakan sehingga dapat mencetak calon guru yang profesional, berjati diri dan unggul dalam segala hal untuk memajukan sumber daya manusia Indonesia kedepannya. Sukses untuk guru Indonesia.

LUQMAN ANDRI YANSYA, 13410094

Rabu, 14 Oktober 2015

Mengancam Kenangan



Mengancam Kenangan

IMG_20151014_190442.jpg
Salah satu adegan dalam pementasan “Mengancam Kenangan”

            “Kenangan sepertinya bersekutu dengan pagi untuk hadir setiap hari. Tapi ternyata mereka berdua tidak mengusik, tidak juga berisik.”
(penggalan kalimat yang diucapkan salah satu tokoh pada pementasan Teater Tikar Semarang di Auditorium Gedung Pusat Lantai 7 Universitas PGRI Semarang, Kamis, 8 Oktober 2015 dengan judul “Mengancam Kenangan” karya Iruka Danishwara.
            Setiap orang pasti memiliki kenangan, baik itu kenangan yang menyedihkan, menyenangkan, biasa-biasa saja atau bahkan kenangan yang mengocok perut. Setiap kenanganpun ada yang sulit dilupakan ada pula yang gampang terlupakan.
            Kenangan yang diangkat oleh Iruka Danishwara sebagai penulis naskah cerita ini adalah kenangan yang menyedihkan dan sulit dilupakan oleh si tokoh Nyonya. Dalam pementasan tersebut, kenangan divisualisasikan dengan pigura-pigura yang tergantung pada tembok ruang tamu. Pigura itu berisi foto-foto yang memiliki makna mendalam bagi si tokoh Nyonya.

Debu-debu yang Hidup
            Pada awal mula cerita ini, tokoh Nyonya sedang menyapu teras depan rumahnya, tiba-tiba salah satu debu berbicara “ Nyonya, mengapa kau begitu meluangkan waktu sekedar untuk menyapu teras rumahmu?”
Nyonya yang berbicara kepada debu ini mengisyaratkan bahwa ada sbuah kekosongan dalam diri Nyonya karena ditinggal pergi oleh suaminya entah kemana. Lalu si Nyonyapun ditinggal oleh anak laki-lakinya yang memilih pergi bersama wanita dalam bayangannya. Anak laki-laki itu beranggapan bahwa wanita itu bisa menceritakan segalanya.
Tokoh Nyonnya ini tidak bisa melupakan kenangan bersama sang suami. Entah sang suami ini sangat baik sehingga si Nyonya tak bisa melepaskan kenangan bersama suaminya atau si Nyonya mempunyai alasan lain sehingga tidak bisa melepaskan kenangan bersama sang suami. Setiap hendak melupakannya, kenangan itupun semakin muncul dalam diri si Nyonya. Entah bagaimana cara menghapus kenangan dalam diri Nyonya, yang semakin hari semakin melonjak dalam diri si Nyonya yang membuatnya merasa terancam.

Ditinggal Dua Lelaki yang Dicintainya
            Sebelum ditinggal anak laki-lakinya yang memilih pergi bersama wanita yang ada pada bayangannya, si Nyonya telah ditinggal terlebih dahulu oleh suami yang ia cintai. Namun kepergian suaminya itu tidak ada yang mengetahui. Suaminya pergi dikarenakan apa pun tidak ada yang tahu. Entah karena wanita lain ataukah cemburu atau meninggal tidak ada yang tahu, yang si Nyonya tahu adalah kenangan masa lalu yang sulit untuk dihapuskan dalam diri si Nyonya.
            Sebelum pergi meninggalkan ibunya, anak laki-laki itu menanyakan perihal kepergian ayahnya kepada ibunya. Akan tetapi ibunya tidak memberi jawaban atas pertanyaannya. Lalu ibunya disuruh bercerita tentang dongeng, ia tak mempunyai dongeng. Sampai akhirnya anak laki-laki itu memilih pergi dengan wanita yang ada pada bayangannya yang dianngapnya bisa bercerita tentang ayahnya. Akan tetapi kenyataannya wanita itu tidak bisa bercerita apa-apa tentang ayahnya sama halnya dengan si Nyonya.
            Setelah pergi bersama wanita dan tidak mendapatkan hasil, anak laki-laki itu kembali kepada ibunya dan berusaha untuk menghapus kenangan-kenangan masa lalu bersama si Nyonya.

Membunuh Kenangan
            Seperti halnya hama, kenangan yang dapat merusak hati dan pikiran haruslah dibunuh, dibuang jauh, dihapus dari dalam diri kita dan ditutup rapat-rapat supaya tidak kembali lagi. Kenangan memang bisa menyimpan rapat rahasia-rahasia kita. Akan tetapi, bila kenangan itu tetap ada dalam jiwa dan selalu mengusik hidup kita, kenangan itu tak semestinya selalu dikenang.
            Oleh sebab itu, cara terbaik untuk mengancam kenangan adalah dengan membiarkan kenangan itu hidup semaunya dalam diri kita dan jangan pernah mengusik ataupun menggali kenangan itu jika tidak ingin ia datang kembali dan menghantui hidupmu lagi.





Luqman Andri Yansya, 13410094, Medoho.