Rabu, 14 Oktober 2015

Mengancam Kenangan



Mengancam Kenangan

IMG_20151014_190442.jpg
Salah satu adegan dalam pementasan “Mengancam Kenangan”

            “Kenangan sepertinya bersekutu dengan pagi untuk hadir setiap hari. Tapi ternyata mereka berdua tidak mengusik, tidak juga berisik.”
(penggalan kalimat yang diucapkan salah satu tokoh pada pementasan Teater Tikar Semarang di Auditorium Gedung Pusat Lantai 7 Universitas PGRI Semarang, Kamis, 8 Oktober 2015 dengan judul “Mengancam Kenangan” karya Iruka Danishwara.
            Setiap orang pasti memiliki kenangan, baik itu kenangan yang menyedihkan, menyenangkan, biasa-biasa saja atau bahkan kenangan yang mengocok perut. Setiap kenanganpun ada yang sulit dilupakan ada pula yang gampang terlupakan.
            Kenangan yang diangkat oleh Iruka Danishwara sebagai penulis naskah cerita ini adalah kenangan yang menyedihkan dan sulit dilupakan oleh si tokoh Nyonya. Dalam pementasan tersebut, kenangan divisualisasikan dengan pigura-pigura yang tergantung pada tembok ruang tamu. Pigura itu berisi foto-foto yang memiliki makna mendalam bagi si tokoh Nyonya.

Debu-debu yang Hidup
            Pada awal mula cerita ini, tokoh Nyonya sedang menyapu teras depan rumahnya, tiba-tiba salah satu debu berbicara “ Nyonya, mengapa kau begitu meluangkan waktu sekedar untuk menyapu teras rumahmu?”
Nyonya yang berbicara kepada debu ini mengisyaratkan bahwa ada sbuah kekosongan dalam diri Nyonya karena ditinggal pergi oleh suaminya entah kemana. Lalu si Nyonyapun ditinggal oleh anak laki-lakinya yang memilih pergi bersama wanita dalam bayangannya. Anak laki-laki itu beranggapan bahwa wanita itu bisa menceritakan segalanya.
Tokoh Nyonnya ini tidak bisa melupakan kenangan bersama sang suami. Entah sang suami ini sangat baik sehingga si Nyonya tak bisa melepaskan kenangan bersama suaminya atau si Nyonya mempunyai alasan lain sehingga tidak bisa melepaskan kenangan bersama sang suami. Setiap hendak melupakannya, kenangan itupun semakin muncul dalam diri si Nyonya. Entah bagaimana cara menghapus kenangan dalam diri Nyonya, yang semakin hari semakin melonjak dalam diri si Nyonya yang membuatnya merasa terancam.

Ditinggal Dua Lelaki yang Dicintainya
            Sebelum ditinggal anak laki-lakinya yang memilih pergi bersama wanita yang ada pada bayangannya, si Nyonya telah ditinggal terlebih dahulu oleh suami yang ia cintai. Namun kepergian suaminya itu tidak ada yang mengetahui. Suaminya pergi dikarenakan apa pun tidak ada yang tahu. Entah karena wanita lain ataukah cemburu atau meninggal tidak ada yang tahu, yang si Nyonya tahu adalah kenangan masa lalu yang sulit untuk dihapuskan dalam diri si Nyonya.
            Sebelum pergi meninggalkan ibunya, anak laki-laki itu menanyakan perihal kepergian ayahnya kepada ibunya. Akan tetapi ibunya tidak memberi jawaban atas pertanyaannya. Lalu ibunya disuruh bercerita tentang dongeng, ia tak mempunyai dongeng. Sampai akhirnya anak laki-laki itu memilih pergi dengan wanita yang ada pada bayangannya yang dianngapnya bisa bercerita tentang ayahnya. Akan tetapi kenyataannya wanita itu tidak bisa bercerita apa-apa tentang ayahnya sama halnya dengan si Nyonya.
            Setelah pergi bersama wanita dan tidak mendapatkan hasil, anak laki-laki itu kembali kepada ibunya dan berusaha untuk menghapus kenangan-kenangan masa lalu bersama si Nyonya.

Membunuh Kenangan
            Seperti halnya hama, kenangan yang dapat merusak hati dan pikiran haruslah dibunuh, dibuang jauh, dihapus dari dalam diri kita dan ditutup rapat-rapat supaya tidak kembali lagi. Kenangan memang bisa menyimpan rapat rahasia-rahasia kita. Akan tetapi, bila kenangan itu tetap ada dalam jiwa dan selalu mengusik hidup kita, kenangan itu tak semestinya selalu dikenang.
            Oleh sebab itu, cara terbaik untuk mengancam kenangan adalah dengan membiarkan kenangan itu hidup semaunya dalam diri kita dan jangan pernah mengusik ataupun menggali kenangan itu jika tidak ingin ia datang kembali dan menghantui hidupmu lagi.





Luqman Andri Yansya, 13410094, Medoho.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar