Tidak
Ada Kelinci di Bulan!
Setelah
membaca kumpulan cerpen “Tidak Ada Kelinci di Bulan!” dengan judul cerpen
“Ketika Hangat Lupa pada Teh” karya Stefanny Irawan saya agak terkejut
dikarenakan pengarang dengan gamblang menguak kehidupan sosial yang ada di gang
kecil yang sangat amat ramai dengan kesibukan masing-masing. Menurut saya, Stefanny
berani menjelaskan dengan gamblang hal tersebut dikarenakan Stefanny yang sudah
terbiasa hidup di kawasan seperti itu dan terinspirasi dari Djenar Maesa Ayu.
Oleh sebab itu, ia mencoba mempengaruhi orang lain melalui tulisannya yang
sangat gamblang. Hal ini bisa kita rasakan pada cuplikan penggalan berikut.
Gang
yang tak terlalu lebar ini terlalu penuh. Pedagang kaki lima berderet,
berjualan nyaris apa saja: celana jins, rok, blus, radio, arloji, lampu sepeda,
tas, hingga engsel pintu yang agak karatan dan berbunyi. Suara-suara selalu
memenuhi gang ini. Bunyi tahu goreng di warung pojok, orang tawar-menawar,
orang tertawa-tawa, anak-anak kecil yang tetap kukuh bermain di tengah
keramaian, musik dangdut hingga kadang-kadang teriakan ‘skak mat!’ dari orang
yang membunuh waktu dengan catur. ( Stefanny Irawan, hal 33-34).
Dalam
ceritanya, kehidupan di sekitar pengarang sangatlah buruk. Banyak pengangguran
dan kriminalitas. Seks bebas pun banyak terjadi secara terselubung tanpa
diketahui oleh khalayak umum. Depot mie ayam yang sedianya hanya menjual mie
ayam pun, disulapnya menjadi tempat menjual “ayam kampung” secara diam-diam. Hal itu bisa dilihat dalam
penggalan berikut.
Aku
menggerakkan pegangan pintu ke bawah. Suara ayah ada di ruangan situ, di balik
pintu, menyanyi dengan agak putus-putus. Pintu terbuka dan aku diam menatap
isinya. Ayahku sedang telanjang. Duduk di atas wanita yang berbaring dan juga
telanjang. Mereka bergerak-gerak, berirama, menghentak, membuat per ranjang
berderit-derit. Ayahku terus mencoba bernyanyi, meski yang terdengar sudah tak
jelas dan payah sekali. Wanita itu juga bersuara, tapi tidak bernyanyi. Ia
terdengar seperti orang yang habis berlari cepat jauh sekali. Tepat ketika mereka
menjerit bersama-sama, aku menutup pintunya. Aku punya firasat bahwa tidak
sopan mengganggu ayahku sekarang. Jauh lebih tidak sopan dibanding membuatnya
tersedak atau membury-burunya berak. (Stefanny Irawan, hal 38).
Menurut
kaca mata awam saya, latar yang diusung pengarang yaitu Stefanny Irawan
merupakan sebuah lokalisasi yang padat penduduk. Tempat ini sudah menjadi
pemukiman dan sebagian besar warganya berkutat dalam kegiatan bejat ini. Sudah
rahasia umum jika depot tempat menjual mie ayam ini menyediakan ”kupu-kupu malam” dan sekaligus kamar
untuk melakukan kegiatan “gotong royong”
berdosa ini.
Meskipun
pengarang sudah mengetahui perihal yang janggal dalam lingkungan ini, akan
tetapi penggarang tidak menyebarluaskan atau membocorkan perihal ini kepada
siapapun tak terkecuali orang tuanya. Tokoh Aku yang ketika itu masih kecil dan
tak tau apa-apa, hanya bisa diam seribu bahasa dan menyimpannya melalui waktu.
Hal tersebut bisa kita amati pada cuplikan berikut ini.
Aku
tidak pernah berkata apa-apa pada ayahku, tidak juga pada ibuku. Sejak saat
itu, aku selalu langsung ke dapur dan meningkahi suara gaduhnya dengan pintaku
tiap kali teh manisku tidak hangat ketika kami makan di depot itu. Aku tetap
tidak pernah bercakap-cakap dengan ayahku ketika makan, tidak pernah
menyusulnya ke kamar mandi, dan tidak pernah membuka pintu itu lagi. Aku
menyimpan peristiwa itu melalui waktu. (Stefanny Irawan, hal 38-39).
Dari
sebagian cerita diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa setiap tempat negatif
tak selamanya disinggahi atau dihuni oleh orang yang negatif pula. Ada kalanya
orang yang baik terjerumus ketempat yang tak diinginkannya,yaitu ke tempat
buruk. Begitupun sebaliknya orang jahat bisa saja berada di kawasan orang baik.
Oleh sebab itu janganlah hanya memandang orang dari luarnya saja, melainkan
pahamilah hatinya juga supaya kita tidak salah memilih teman dan sahabat.
Dengan
adanya kumpulan cerpen ini, semoga para pembaca sadar akan kegiatan negatif
yang ada di sekitarnya dan janganlah sekali-kali mendekati apalagi sampai masuk
ke dalam dunia maksiat tersebut. Jika mengetahui hal seperti itu segeralah
laporkan kepada pihak yang berwajib supaya ditangani dengan segera dan lingkungan
sekitar menjadi aman, nyaman, dan tentram. Semoga generasi kita selanjutnya
menjadi generasi yang bersih dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Luqman
Andri Yansya, 13410094, Medoho.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar